Kamis, 16 Juli 2020

MARI PRODUKTIF MENULIS





Sosok pria yang di lahirkan di kota Tulungagung, tanggal 19 Juli tahun 1975 Jawa Timur ini sudah tidak diragukan lagi kemampuan dan prestasinya. Ya, beliau adalah seorang dosen di IAIN Tulungagung Jatim. Saat ini beliau tinggal dengan alamat Desa Parakan RT 11 RW 04 Kecamatan/Kabupaten Trenggalek Jawa Timur. Dengan riwayat pendidikan SDN Sambidoplang Sumbergempol Tulungagung, lulus tahun 1988.MTsN Tunggangri Kalidawir Tulungagung, lulus tahun 1991.MAN Denanyar Jombang, lulus tahun 1994 .S-1 STAIN Tulungagung, lulus 1998.S-2 Studi Islam Universitas Islam Malang (UNISMA), lulus tahun 2002. Dan S3 Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 2011. Untuk lebih lengkapnya tentang beliau bisa akses di https://drive.google.com/file/d/1ThAkotvTOTe7EFl2Zuiwnd0o


Guru adalah kunci penting dalam pendidikan. Jika gurunya berkualitas, kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tetapi jika gurunya tidak berkualitas tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.


Dan inilah karya – karya yang sudah beliau hasilkan : 

1. Islam Radikal dan Deradikalisasi (2020). 

2. Aktualisasi Pemikiran Islam Multikultural (Akademia Pustaka, 2020). 

3. Literasi dari Brunei Darussalam (Akademia Pustaka, 2020). 

4. Spirit Literasi (Akademia Pustaka, 2019). 

5. Teraju (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017).


Beliau juga banyak membuat artikel Jurnal diantaranya: 

1. Mysticho-Philosophy: The Integration Epistemologies of Mulyadhi Kartanegara, Episteme, Volume 13, Nomor 2, 2018. 

2. The Development of Islamic Study Through The Study of Figures: Significance and Methodology, AJIS: Academic Journal of Islamic Studies, Vo. 2, No. 2, 2017. 

3. Deradicalization Through Islamic Education at State Institute for Islamic Studies (IAIN) Tulungagung, Madania, Volume 22, Nomor 2, 2018. 



Dan masih banyak yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu – persatu. 

Apabila kita sudah produktif menulis, berarti topik “mari produktif menulis” bukanlah topik istimewa lagi tetapi hanya sebagai bahan untuk renungan bersama.


Kunci itu alat untuk membuka. Alat yang bisa menjadikan kita produktif dalam menulis. Kita bisa mendapatkan kunci tetapi jika tidak difungsikan hanya akan sebatas sebagai kunci. Maka kunci tersebut harus kita fungsikan. Keterlibatan kita di grup belajar menulis ini ibaratnya untuk mendapatkan kunci. Tapi jika sekadar mendapatkan saja dan tidak dipraktikkan, tentu kunci itu kurang fungsional. Inilah yang beliau maksud dengan kunci agar kita produktif dalam menulis : 

1. Motivasi 

2. Meyakin bahwa menulis itu anugerah 

3. Menulis memberikan banyak “keajaiban” dalam hidup 

4. Tidak mudah menyerah 

Kita akan coba untuk menjelaskan satu persatu tentang kunci agar kita produktif dalam menulis.



KUNCI PERTAMA ADALAH MOTIVASI 

Motivasi menulis bisa berupa; 

1) Motivasi karir; Beliau berkesimpulan bahwa menulis merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan profesi. Implikasinya, semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang kita tempuh. 

2) Motivasi materi; menulis itu menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi. 

3) Motivasi politik; menulis ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu. 

4) Motivasi cinta; menulis karena memang mencintai aktivitas menulis. 


KUNCI KEDUA: MEYAKINI BAHWA MENULIS ITU ANUGERAH. 

Menulis itu anugerah. Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya. Bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis—adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.


Sekarang mari kita urai mengapa kok masih ada yang kesulitan menulis padahal pengalaman menulisnya sudah ribuan halaman. Ada beberapa kemungkinan; 

1) Selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis makalah. Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi. 

2) Tidak menulis karena dibuatkan orang lain. 

3) Menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang lain. Misalnya mendapatkan bahan di googe lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan. 

4) Begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak berpikir apa yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan segera dibuka, diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup. Tugas penulis biasanya di akhir kutipan:


KUNCI KETIGA: MENULIS ITU MEMBERIKAN BANYAK “KEAJAIBAN” DALAM HIDUP. 

Menulis itu memberikan banyak sekali manfaat. Pak Wijaya Kusumah--Omjay-- seorang bloger, youtuber dan guru kita semua, mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam kehidupan. Coba kita simak apa saja bentuk keajaiban yang beliau rasakan karena menulis. 

1) Mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak royalti. 

2) Sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum. 

3) Memiliki banyak teman. 

4) Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan. 

5) Tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib. 


KUNCI KEEMPAT: TIDAK MUDAH MENYERAH

Banyak orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat itu perlahan memudar dan akhirnya hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali.


Maka dapat disimpulkan bahwa : 

Menulis itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sesederhana apa pun buku yang kita hasilkan, itu tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama kita terus menulis maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan kawan-kawan lainnya. 


Terimakasih Bapak Namin atas ilmunya..sehat dan sukses selalu.. semoga manfaat..salam literasi dari kami di sudut kota gudeg...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar