Alur
“Merrdeka Belajar” dan Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Tri
Tusiyani, S.Pd
Pada
saat ini pemerintah melakukan gebrakan di dunia pendidikan dengan Program Guru
Penggerak yaitu program pendidikan kepemimpinan bagi guru, untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Dilansir dari situs
Medcom.id bahwa : “Program guru penggerak bertujuan menghasilkan pembelajaran
yang berorientasi pada murid. Pemimpin-pemimpin pendidikan saat ini sangat
dibutuhkah untuk mengangkat kualitas pendidikan sehingga perlu ada kerja sama
dengan pemerintah daerah agar lulusan program ini menjadi pemimpin di ekosistem
pendidikan nasional”.( Iwan Syahril dalam konferensi daring, senin 13 Juli 2020)
Dalam
artikel id.m. Wikipedia.org dinyatakan bahwa Penelitian Progamme for International Student Assesment
(PISA) tahun 2019 menunujukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya
menduduki posisi keenam dari bawah, untuk bidang matematika dan literasi
Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 negara. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka kemudian pemerintah
membuat kebijakan dengan menggalakkan program merdeka belajar. Program ini
terinspirasi dari dua konsep filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu
kemerdekaan dan kemandirian.
Sejalan
dengan konsep filsafat tersebut, pendidikan adalah upaya memerdekakan aspek
batiniahnya. Pendidikan merupakan upaya
konkret untuk memerdekakan manusia secara utuh dan penuh. Pendidikan adalah
pintu masuk menuju kemerdekaan lahiriah dan batiniah manusia, baik sebagai
makhluk individual maupun sebagai anggota masyarakat dan warga dunia.
Pendidikan menghantar seseorang memiliki otonomi diri secara utuh dan penuh
dalam wilayah kognisi, afeksi, spiritual, social sehingga eksistensinya mampu berdiri
sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Untuk
istilah pendidikan dan pengajaran, Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan dua
kata tersebut dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut Beliau,
pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan
proses pendidikan dalam memberi ilmu yang memberikan faedah untuk kecakapan
hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan (opvoeding) memberi
tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi pengajaran adalah
proses pendidikan dalam memberi ilmu sedangkan pendidikan adalah tuntunan terhadap
kodrat masing- masing anak.
Dasar
Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan
kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”.Sesuai dengan pengertian pendidikan
tersebut di atas, maka sebagai pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan kodrat alam yang ada pada anak-anak, sehingga dapat
memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak dalam menghadapi
kodrat zamannya. Pendidk tidak bisa memaksakan kodrat dasarnya anak. Dalam
proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam
memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan
dirinya.
Kita
tidak asing lagi dengan Tiga semboyan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
yang menunjukkan kekhasan Indonesia, yakni : Pertama, Ing Ngarsa Sung
Tuladha, artinya seorang guru
adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas digugu dan ditiru dalam
perkataan dan perbuatannya. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa, artinya seorang
guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan
terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya. Ketiga, Tut Wuri Handayani, artinya seorang guru adalah pendidik yang
terus-menerus menuntun, menopang dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dan
karya anak-anak didiknya.
Senada
dengan semboyan pendidikan di atas, maka dikembangkan metode pendidikan “paedagogik”, yakni Momong, Among dan Ngemong, yang berarti bahwa pendidikan itu
bersifat mengasuh. Mendidik adalah mengasuh anak dengan kasih sayang, bukan
berdasarkan paksaan yang bersifat “hukuman”. Mengedepankan Budi pekerti yang
merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan atau
watak atau karakter dalam mengasuh , merupakan prinsip dalam metode ini. Budi
pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa
(afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Dengan budi pekerti ini
diharapkan akan membawa kebahagiaan pada anak, karena bahagia adalah merupakan
perpaduan harmonis antara cipta dan karsa.
Untuk
mencapai pemahaman program MERDEKA BELAJAR yang didasarkan pada filosofi
pemikiran Ki Hajar Dewantara di atas, program pendidikan guru penggerak membuat
model pembelajaran dalam diklatnya dengan
nama “Alur MERRDEKA BELAJAR” yakni : Mulai
dari diri (Mandiri), Eksplorasi
Konsep (Mandiri dan Forum Diskusi) Ruang
Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi konstektual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi antar Materi dan Aksi Nyata. Alur ini ada di tiap paket
modul yang keseluruhan ada tiga modul. Dengan alur yang dibuat ini Calon Guru Penggerak
(CGP) dengan pelan tapi pasti akan dapat memahami filosofis pendidikan Ki Hajar
Dewantara yang merupakan dasar dari Program MERDEKA Belajar yang dicanangkan
pemerintah. Sehingga pembelajaran yang dulunya berbasis paksaan dan hukuman
akan berubah menjadi pembelajaran yang merdeka dan mandiri.
Dengan
program inipula diharapkan CGP mampu memahami pemikiran filosofis pendidikan Ki
Hajar Dewantara, menjadi penggerak dan
mengembangkan serta mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid,
guru dan pemangku kepentingan. Dimulai dari pendidkan CGP angkatan 1 ini
diharapkan Program MERDEKA BELAJAR yang
dicanangkan pemerintah benar – benar terwujud dan akan membawa perubahan pada
dunia pendidikan kita. Pendidikan yang menghamba pada anak yaitu pendidik layak
nya seperti orang tua yang tulis penuh kasih sayang dalam mendidik murid, tiga
semboyan pendidikan Indonesia, metode pendidikan momong, among dan ngemong dan
ajaran – ajaran filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara Lainnya akan mampu
membawa perubahan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang hanya mengedepankan
aspek kognitif saja tidak akan terjadi lagi di masa mendatang. Berbasis
Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara maka diharapkan program MERDEKA BELAJAR
akan terwujud sehingga akan lahir generasi – generasi bangsa yang mampu
memaknai pendidikan secara benar dan nyata…