Belajar Menulis
Gelombang 11
Pertemuan ke – 5
: Senin, 8 Juni 2020
Waktu :
19.00 – 21.00 WIB
Pemateri :
Bpk Agung Pardini
Topic :
Berbagai Pengalaman Menerbitkan Buku
Peresume :
Tri Tusiyani, S.Pd
Kecintaannya
terhadap kisah-kisah kepahlawan mengantarkannya
menjadi guru sejarah dan IPS sejak tahun 2001. Kemudian pada tahun
2001-2008, beliau mendapat kesempatan
mengajar pada belasan institusi yang berbeda, mulai dari sekolah formal (SMP
dan SMA), Bimbingan Belajar, Program Pengayaan Ujian, hingga Pembelajaran Paket
Non-Formal atau PKBM. Beliau adalah Bapak Agung Pardini, atau lebih dikenal
dengan Guru Agung pemateri ke -5 Dikalt menulis bersama Om Jay ini.
Sejak
tahun 2008 hingga sekarang ini, Guru Agung aktif di lembaga kemanusiaan Dompet
Dhuafa untuk menjalankan amanah pengelolaan dana zakat, infaq, dan shodaqoh
agar disalurkan menjadi program-program pemberdayaan di bidang pendidikan bagi
kemajuan ummat. Mula-mula ia bertugas sebagai trainer pendidikan untuk melatih
ribuan guru yang mengabdi di sekolah-sekolah marjinal di berbagai wilayah Indonesia.
Berdasarkan
pengalaman beliau bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa. Mereka terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang
mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya.
Di
tengah keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan
berkarya ini memiliki tantangan sendiri buat para guru-guru di sana diantaranya
adalah :
- Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda di daerah.
- Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
- Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
- Ejaan yang (belum) disempurnakan.
Outputnya
tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi,
dan lain sebagainya. Dan inilah contoh beberapa buku yang dihasilkan dari
pendampingan
|
Buku
ini adalah kumpulan tulisan dari para guru terkait dengan inovasi
pembelajaran yang telah mereka hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode
ataupun media.
|
|
Kalau
ini kurang lebih mirip dengan buku “ Temani Aku Meniup Mimpi” di atas.
|
|
Ini
adalah buku - buku dengan genre yang lain. Sifatnya adalah kisah-kisah
inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru
di daerah pelosok.
Dua
buku ini bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar
hingga ke pelosok negeri.
Ada
yang di kepulauan
Ada
yang di hutan dan pegunungan
Dan
ada yang di pelosok kampung
|
|
Nah
kalau yang ini adalah buku yang ditulis beliau bersama Tim Makmal Pendidikan
Dompet Dhuafa.
Buku
ini merupakan kumpulan tulisan tentang cara-cara pengelolaan sekolah secara
efektif dan efisien.
Rencana
awalnya ini mau kita susun menjadi semacam kamus atau ensiklopedi pengelolaan
sekolah.
|
Hampir
semua buku-buku yang terbitkan adalah
antologi, nulis bareng-bareng. Menulis sendiri saja banyak kendala. Apalagi
menulis bareng – bareng. Tentu saja lebih bervariasi cara dan kendalanya. Maka
beliau bersama tim punya cara yang unik dalam mengajar menulis buku. Yakni
dengan menulis "Jurnal Perjalanan Guru" Jurnal ini wajib dikerjakan
oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI.
Setiap
malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama di siang hari. Modelnya
bisa macam-macam. Ada yang curhat,
sampai ada yang membahas suatu teori kependidikan dan kepemimpinan.
Setelah
pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal tadi dikumpulkan
untuk diapresiasi dan ditanggapi melalui apel pagi yang bertujuan untuk refleksi
dan evaluasi. Yang bertugas sebagai pembina apel (bergantian), dialah yang akan
memberi kajian bedah buku. Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan
para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi". Yakni
memberi motivasi secara bergantian, dengan menggunakan kata-kata yang dinukil
dari para tokoh. Ini efektif juga buat meningkatkan
kepekaan literasi buat para guru.
Beliau
sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan
peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri
Melalui
jurnal ini, para pengelola dan dosen
jadi tahu tentang perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka. Jika
ada perasaan hati yang negatif, kita bisa langsung coaching atau konseling.
Ada
yang rindu keluarga, ada yang sakit hati... macam-macam ceritanya.
Kebiasaan
menulis jurnal harian ini, Guru jadi terlatih buat menulis.
Namun
ini tentu tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak membaca.
Dengan
banyak membaca akan melatih kepekaan literasi mereka
Kami
sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan
peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri.
Terkait
dengan percetakan, alhamdulillah semua dibiayai oleh donasi zakat yang dikelola
oleh Dompet Dhuafa.
Buku-buku
tersebut tidak diperjual belikan. Namun akan dibagikan secara gratis buat
guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.
Ahamdulillah
buku-buku tersebut dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran
di daerah lain..
Semoga
pengalaman Guru Agung dapat senantiasa menginspirasi kita dalam belajar
menulis…kita seharusnya lebih bersyukur, jangan gampang menyerah begitu saja.Karena
di sana, teman – teman di pelosok negeri kita tercinta ternyata masih banyak
yang sarana prasarananya belum memadai,,tetapi mereka pantang menyerah untuk
menjadi seorang penulis yang sukses…
Terimakasih
bapak Agung…Sehat dan sukses selalu..
Salam
literasi dari sudut kota gudeg….! Semangat dan sukses selalu untuk semuanya…aku
bisa, anda bisa..semuanya bisa…